LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
PENDUGAAN
POPULASI
Dosen : Dr. Dewi Cahyani, M. M
Oleh :
Nama : Ii Siti Jakiyah Nurhasanah
NIM : 59461164
Kelas : Biologi A/III
Kelompok : 1 ( Satu )
Asisten : Ali Imran
Aisyah
LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2010
Pendugaan Populasi
a. Tujuan
Untuk
mengetahui jenis dan jumlah organisme yang terdapat dalam suatu komunitas atau
ekosistem
b. Latar belakang
Suatu jenis organisme di alam dalam tingkatan
populasi dan komunitas bergerak untuk menyesuaikan diri terutama sejalan dengan
perubahan factor – factor biotik dan factor fisik suatu lingkungan. Prilaku
organisme dalam tingkatan ini dapat dipelajari dan diketahui ketika mereka
dalam jumlah individunya bertambah atau berkurang.
Dalam peristiwa ini, seleksi alam akan menyebabkan
adanya perubahan besarnya mortalitas dan natalitas atau reproduksi individu –
individu yang kemudian tercermin ke dalam struktur populasi yang dibentuk
olehnya.
Ada beberapa macam metode dalam praktikum pendugaan
populasi yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Metode
pendugaan populasi indeks Lincoln – petreson
2. Metode
pendugaan populasi hanson
1.
1 Metode pendugaan populasi indeks Lincoln –
petreson
Metode
ini dikenal sebagai metode penangkapan – penandaan – dilepas kembali – dan
ditangkap ulang untuk menduga besarnya populasi
2.
1
Metode pendugaan populasi hanson
Prinsip
metode ini adalah “ jika perhitungan jumlah total individu dilakukan pada areal
sama waktu berbeda, keadaan populasi di anggap menyebar secara binomial”
a. Alat dan bahan
Alat : cangkul, gelas
ukur, toples,
Bahan : air
dan detergen
b. Langkah kerja
Ø Membersihkan
tanah dari ekosistem yang akan di amati
Ø Membatasi
petak kuadrat tersebut setiap satuan satu meter persegi
Ø Menyediakan
larutan detergen sebanyak 2 liter dengan setiap 1 liter air di campur 12,5 gram
detergen
Ø Menyemprotkan
larutsn tersebut ke petak tanah yang akan di amati
Ø Menunggu
selam 15 menit amati yang terjadi. Catat jenis – jenis organisme yang keluar,
setelah 15 menit pertama ulangi percobaan sebanyak 2 kali denag hitungan waktu
15 menit juga.
a. Hasil pengamatan
Tempat :
Halaman
PPTQ
15
menit pertama
No
|
Jenis
|
Jumlah
|
1.
|
Semut
hitam besar
|
1
|
2.
|
Semut
kecil
|
3
|
3.
|
Semut
merah kecil
|
6
|
4.
|
Populasi
semut merah
|
Banyak
|
15 menit kedua
No
|
Jenis
|
Jumlah
|
1.
|
Semut
hitam
|
1
|
2.
|
Semut
merah kecil
|
13
|
3.
|
Cacing
tanah
|
1
|
a.
Pembahasan
Pada
praktikum kali ini akan membahas mengenai pendugaan populasi yang bertujuan
untuk mengetahui
jenis dan jumlah organisme yang terdapat dalam suatu komunitas atau
ekosistem dengan menggunakan bahan 12,5 gram detergen di campur dengan 1
liter air kemudian di semprotkan pada 1x1 meter tanah yang sudah dibersihkan,
setelah itu diamati sebanyak 2 kali setelah menyemprotkan detergen masing-masing
selama 15 menit. Praktikum ini dilakukan di halaman PPTQ.
Di dalam tanah hidup berbagai jasad
renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan bagi kehidupan mahkluk
hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi
kelanjutan makhluk –makhluk alami. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah,
bersama dengan berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat
lebih tinggi membentuk suatu system kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan
mineral dan sisa –sisa bahan organic yang ada dalam tanah.
Komposisi kuantitatif populasi dalam
tanah dan kualitatif alam lingkungannya dapat dikatakan adalah sangat
tergantung pada sumber dan kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relative
dari unsure- unsure organic dan anorganik.
Proses permulaan yang dilakukan
adalah penyemprotan air detergen ke permukaan tanah yang sudah di bersihkan.
Deterjan digunakan untuk untuk mendatangkan makro fauna tanah di sekitar tempat
pengamatan dengan bau yang dihasilkan.
Suhu tanah merupakan salah satu
faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme
tanah. Dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material
organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu
tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami
fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim.
Pada 15 menit pertama belum di temukan cacing melainkan hanya beberapa semut
beserta populasinya, kutu dan beberapa hewan kecil yang terdapat di dalam
tanah. Hal ini bisa dikarenakan keadaan tanah yang belum terlalu jenuh. Setelah
melakukan penyemprotan yang kedua kalinya dengan
mencongkel sedikit lapisan tanah barulah ditemukan cacing tanah dan beberapa hewan kecil lainnya. Hal ini bisa disebabkan oleh keadaan tanah yang sudah mulai
jenuh. Cacing tanah merupakan decomposer. Decomposer
adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah
mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup
disekitar daerah tersebut. Cacing tanah dapat menyuburkan tanah karena cacing tanah dapat
mengeluarkan secret mucus sehingga
dapat memperbaiki struktur tanah, kesuburan tanah dapat diidentifikasi melalui
jumlah populasi cacing yang terdapat pada tanah tersebut. Jika jumlah cacing lebih banyak berarti tingkat
kesuburan tanah lebih tinggi.
Celah-celah yang dibuat oleh cacing
tanah dinamakan drilosfer, yang kaya bahan organic dan nutrien anorganik.
Kondisi lingkungan tanah yang baik ini merupakan lingkungan yang baik untuk
organisme. Cacing memiliki enzim selulosa dan khitinase yang ada pada ususnya
yang membantu mendegradasi selulosa dan polimer khitin. (lud,2005)
Factor-faktor fisik yang mempengaruhi
cacing tanah adalah kemasaman pH tanah, kelengasan tanah, temperatur, aerasi
dan CO2, bahan organic, jenis tanah,dan suplai nutrisi.(Kemas Ali,2003)
Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang
belakang) seperti cacing tanah, kutu juga berperan dalam pengurai sampah.
Sesuai dengan peranannya dalam rantai makanan, mikroorganisme pengurai dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :
o
Kelompok I (Konsumen tingkat I) yang
mengkonsumsi langsung bahan organik dalam sampah, yaitu : jamur, bakteri,
actinomycetes.
o
Kelompok II (Konsumen tingkat II)
mengkonsumsi jasad kelompok I, dan;
o
Kelompok III (Konsumen tingkat III),
akan mengkonsumsi jasad kelompok I dan Kelompok II.(Tohaga, 2009)
Beberapa jenis cacing tanah antara
lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai
bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing
memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang
dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat
dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku
makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi
manusia.
a.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat menarik
kesimpulan bahwa :
1.
Di dalam
tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai
kegiatan bagi kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain
menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan makhluk –makhluk alami. Selain jasad
renik (mikroorganisme) juga terdapat cacing yang menjadi decomposer,
Decomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup
yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan
yang hidup disekitar daerah tersebut.
2.
kesuburan tanah dapat diidentifikasi melalui
jumlah populasi cacing yang terdapat pada tanah tersebut. Jika jumlah cacing lebih
banyak berarti tingkat kesuburan tanah lebih tinggi.
3.
Komposisi kuantitatif populasi dalam
tanah dan kualitatif alam lingkungannya dapat dikatakan adalah sangat
tergantung pada sumber dan kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relative
dari unsure- unsure organic dan anorganik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.
2007. http: wikipedia/dejerjen. (diakses tanggal 08 Nopember 2011)
Arnita,indriani.1990.Ekologi
Umum.Gita Media Press : Jakarta.
Arnita,Indriani.1990.Ekologi Umum.Gita
Media Press : Jakarta.
Ewusie J.Y.1990.Ekologi Tropika.ITB.Bandung:Bandung.
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Suin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
Ewusie J.Y.1990.Ekologi Tropika.ITB.Bandung:Bandung.
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Suin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
Ewusie J.Y.1990.Ekologi
Tropika.ITB.Bandung:Bandung.
Hanafiah,
Kemas Ali. 2003. Biologi Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Harjowigeno,
Sarwono. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademi Pressindo
Naughhton.1973. Ekologi Umum
edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Rahmawati.2010.
http: library.usu.ac.id/dounloud/fp/hutan, . (diakses tanggal 08
Nopember 2011)
Suin,Nurdin Muhammad.1989. Ekologi
Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
Waluyo,Lud.2005.Mikro
Biologi Lingkungan. Malang:UMM-Press
Wirakusumah,Sambas.
2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta : UIP
0 komentar:
Posting Komentar